Jumat, 20 Mei 2016

Salam dari Pulau Derawan

Helloww gaiiis aku kembali lgi untuk menuliskan pengalaman luar biasa kuuu, hope you’ll enjoy it J

Kali ini aku akan menceritakan secuil dari bagian terbaik dalam hidupku yang sudah terjadi tahun ini, semoga saja bertambah terus hahahaa Kalian kenal istilah FoPMI ? itu adalah singkatan dari Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia, setiap tahunnya forum ini mengadakan kegiatan jambore sebagai wadah para penyelam mahasiswa dari seluruh eniversitas di Indonesia, dan bertemu langsung dengan teman-teman di bagian Indonesia yang lain yang memiliki hobi selam.
Tahun 2016 ini kegiatan jambore menginjak angka yang ketujuh, dan superr ALHAMDULILLAH beruntungnya aku bisa mengikuti kegiatan jambore ini. Karena kalau kalian tauuu, jambore ini diadakan di pulau Derawan. Ada yang belum tau derawan? Langsung saja search di mbah google.
Derawan adalah pulau dengan banyak dive spot yang berada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang juga merupakan dive spot yang dikenal oleh penggila selam dunia.
Ada lima pulau besar yang menjadi objek wisata kepulauan derawan, yaitu pulau Derawan, Maratua, Sangalaki, Kakaban, dan Samama. Menurut informasi dari pembina Fin-DC Unmul, setiap pulau memiliki keunikan, nama dari setiap pulau juga memilki arti yang berkaitan, seperti Derawan yang dimaksudkan sebagai perawan, Sangalaki sebagai laki-laki, Samama sebagai mamahnya, dan Maratua sebagai pulau mertua. Hmm... kalau disambungkan bisa jugaa sih, mungkin harus lebih banyak kita gali lagi maknanya.

Kegiatan Jambore VII FoPMI Derawan ini dilakasanakan pada tanggal 25-30 April 2016. Sebagai delegasi Uksa-387 rombongan kami berjumlah 6 anak, Ainun (Aku), Larosa (Mador), Fatimah (Mancay), Jaki, Beta, dan Inggrid. Kami menginap satu malam di rumah sodara Mador, sekaligus diajak keliling Balikpapan, untuk memantau keadaan saja. Jam 6 sore di Balikpapan langit masih terang benderang, seperti jam 4 sore. malamnya Aku ketemu sama temen MSP, Dinda. kita jalan rame-rame, lebih ke muter-muter kota aja sih. Kita sempat lewat tempat minyak, ada obor super duper besar seukuran gedung 5 lantai, seperti lilin raksasa, ternyata itu adalah sisa pengolahan minyak yang sudah tidak bisa atau belum bisa dimanfaatkan disini. 
Jam 7 pagi tanggal 25 April 2016, kami berenam sudah menginjakkan kaki kami di sekertariat Fin-DC Unmul, Samarinda. Pembukaan acara dilakukan di kampus peternakan Unmul. Siang harinya dilanjutkan dengan persiapan menuju Berau.  Perjalanan darat Samarinda-Berau dimulai pukul 15:20 wita. Menurut sumber yang terpercaya perjalanan darat akan ditempuh dalam waktu kurang lebih 12 jam perjalanan. Mendengarnya saja langsung geleng-geleng kepala, lama sekali.
Entah bagaimana itu bisa terjadi dan tidak disadari kami bisa melewatinya, tapi kenyataanya perjalanan darat yang kami tempuh dengan bus ini membutuhkan waktu 25 jam! Tidur di dalam bus sepanjang perjalanan sudah menjadi pilihan utama untuk membunuh waktu. Kadang mengobrol, tapi tidak bertahan lama. Kadang bus berhenti, kami turun bersistirahat di warung-warung pinggir jalan untuk meregangkan badan. Kadang kami bernyanyi-nyanyi tak jelas. Ada yang kepalanya terbentur jendela bus sampai tak terasa, ada yang kepalanya miring kanan kiri mengikuti jalanan yang berkelok sampai leher sakit rasanya. Tapi ajaibnya kami semua bisa tidur dengan nyenyak sekali di bus sepanjang perjalanan itu.
Jam 5 sore tanggal 26 April 2016, kasihan kita sama diri sendiri, insangnya sudah mulai kering semua. Gak lama secercah harapan muncul, samar-samar di depan mata kami mulai terlihat, yaaaaps AIR ! hahha Dari kejauhan kami melihat kilauan air lautt, dermaga Tanjung Batu Berau, kami datang J

Panjang jugaa ya ceritanya, padahal belum sampai di intinya. Okeey kita langsung saja yuk kebagian selam menyelamnya.
Pagi hari tanggal 27 April 2016 aku dan Mancay berjalan menuju dermaga sambil ribut dan heboh sendiri ingin menikmati hangatnya cahaya matahari terbit milik pulau Derawan. Luarr biasa indahnya. Setelah itu kami bersiap untuk menyelam di titik penyelaman pertama, Jetty Point. Airnya bening sekali di sana, saat penyelam masuk ke dalam air aku masih bisa melihat mereka dari permukaan air. Aku menyelam paling pertama pagi itu, arus di sana cukup kuat, jadi jangan sampai terpisah dari rombongan yaa.
Dasar perairannya landai, kerapatan karangnya tidak serapat yang ku bayangkan, berbeda dengan Karimun Jawa, tapiii visibilitynya luar biasa. Kami sempat ditunjukkan stone fish yang cukup besar oleh dive master yang menjadi leader kelompokku. Aku seperti melayang-layang di langit yang biru dan tenang, airnya segar sekali, insangku basah juga akhirnya! Tsaaaaaah ! alhamdullah J subhanallah J

Penyelaman kedua dilakukan tidak jauh dari titik penyelaman pertama, Dharma Point. Disini katanya titik yang sering ditemukan penyu-penyu yang sedang beristirahat, jadi siap-siaplahh untuk menyelam bersama penyu! Tapi ternyata permukaan air laut mulai bergelombang dan arus mulai kencang, penyelaman seperti ini cukup menguras tenaga kalau belum terbiasa menyelam di daerah berarus. Contohnya aku! Sejauh yang bisa kuingat penyelaman pertama pagi tadi, adalah penyelaman pertamaku di perairan berarus. Ternyata selama ini menyelam di Karimun Jawa sangat mudah jika dibandingkan kondisi alam di tempat-tempat lain. Hari mulai gelap, ternyata waktu tidak cukup bagi kelompokku untuk melakukan penyelaman kedua kami. Jadi penyelaman kami akan dilakukan keesokan paginya, sekaligus perjalanan menuju pulau Kakaban dan Sangalaki.

Pagi datang lagi, masih dari pulau indah yang ada dalam list perjalan semua orang di dunia. Setiap pagi yang datang rasanya antara senang dan sedih, senang bisa melihat indahnya sunrise dan semangat memulai hari, tapi juga sedih karena waktuku semakin sedikit di pulau indah ini L
Pagi ini cerah, kelompokku menyelam di kedalaman 15 meter, dengan visibility yang luar biasa dan kamera underwater yang siap menangkap objek yang kuinginkan, menjadi penyelaman yang perfect. Di dalam air kami mengikuti leader selam dari belakang, sambil mengamati biota-biota yang hidup di terumbu karang ini. Aku dan Inggrid tentunya tidak lupa mengambil posisi dan bergaya sambil membawa bendera UKSA.
Melanjutkan penyelaman yang menyenangkan ini, kami menemukan seekor sotong besar yang gemuk dan panjang berwarna ungu muda, dengan tentakel-tentakel dibagian tubuhnya. Tidak mau melewatkan biota satu ini, aku langsung mengambil fotonya untuk oleh-oleh di darat nanti.
Satu hal yang lucu saat penyelaman ini, saat aku melaju setelah mengambil foto sotong ungu tadi. Inggrid di dalam air menghampiriku dan berusaha membawaku kembali ke arah sotong tersebut, aku diseret berenang di dalam air. Dia tidak tau aku sudah mengabadikan fotonyaa ahahha. Inggrid semangat sekali pemirsahh. DAn ternyata di sisi lain penyelaman ini teman-teman ku sedang asik berenang dan bervideo bersama seekor penyu kecil yang lucu. Cukup jauh dari posisiku, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas, sayang sekali, tapi tak apa buatku.

Rehat dulu dengan penyelaman, masih pada hari yang sama. Perjalanan kami berlanjut menuju daratan lain di bumi Berau, Kalimantan Timur. Kakaban, pulau dengan danaunya yang luas berisikan empat spesies ubur-ubur yang tidak menyengat dan tidak banyak ditemukan di dunia.
Untuk masuk ke danau harus bergiliran, kalau ingin menceburkan diri ke dalam danau tersebut kondisi tubuh kita tidak boleh asin, tujuannya supaya tidak mengubah kondisi perairan danaunya yang airnya cenderung payau. Disini juga kita hanya melakukan snorkling tanpa menggunakan fins, karena tubuh ubur-ubur sangat lembut dan kepakan fins kita dapat mengganggu atau bisa membunuh ubur-uburnya. maka dari itu hati-hati yaa renangnya.
Dari empat spesies ubur-ubur yang ada, disana kami hanya bertemu dengan dua jenis ubur-ubur. Ada yang berwarna kekuningan dengan bentuk seperti mangkuk, dan satu lagi tapi sangat susah dilihat karena warnanya yang putih bening dengan bentuk pipih seperti piring.
Tak lupa eksis, kami berusaha mengabadikan moment langka ini dengan berfoto di air dan di darat, unforgetable moment. Sore memaksa kami pergi meninggalkan teman baru yang lucu ituu. Kami menuju pulau Sangalaki, sedikit mengarah ke barat. Kilauan matahari sore terpantul-pantul anggun di atas gelombang air laut, diselingi lengkungan sirip-sirip ikan lumba-lumba! Heboh perahu kami sampai oleng kanan-kiri saat sadar puluhan lumba-lumba berenang di sekitar kami. Mereka dengan ramah dan tidak takut berenang dekat sekali dengan kapal kami, aku sampai takut mereka tergores baling-baling kapal.

Sangalaki adalah salah satu kawasan konservasi penyu di Indonesia. Sepanjang pasir putih pantai Sangalaki, adalah tempat penyu bertelur sepanjang tahunnya. Menurut penjaga pulau ini (kebetulan namanya Mas Habibie, hahha) penyu membutuhkan waktu 4 jam mulai dari naik ke darat, menggali lubang tubuhnya, menggali lubang untuk telurnya, bertelur, menutup lubang, dan kebali ke laut.
Berdasarkan informasi dari Mas Habibie, penyu bertelur pertama kali pada umur 25 tahun, penyu ternyata harus bertelur, kalau dia tidak bertelur maka telurnya akan membusuk di dalam perutnya dan penyu itu akan mati. Penyu yang naik untuk bertelur sensitif terhadap gangguan cahaya, seperti cahaya kamera yang menyilaukan matanya, kalu terganggu dia bisa saja kembali kelaut sebelum bertelur dan gagal bertelur, dan kalian pasti tau apa yang terjadi selanjutnya. Tapi ternyata tumpukan batang pohon yang betebaran di pinggir pantai juga dapat menjadi penghalang alami penyu untuk bertelur, kalau dia tidak bisa melewati atau memanjat batang tersebut dia akan kembali kelaut, dan jalan cerita sudah dapat ditebak oleh kita, telur di dalam perut penyu itu akan membusuk dan kemudian penyu tersebut mati.
Kami mulai mencari penyu yang bertelur sepanjang pantai Sangalaki saat dini hari, tanggal 29 April 2016 dalam kondisi gelap gulita ditemani deburan ombak dan sinar rembulan. Setelah berkeliling pulau kami akhirnya bertemu juga dengan seekor penyu hijau besar yang sudah selesai bertelur dan berusaha kembali ke laut. Tubuhnya besar dan cangkangnya seperti mangkuk besar dan berat, entah berapa umur penyu itu. Sedikit penasaran bagaimana penyu sebesar dan pastinya berat bisa kuat berenang di lautan luas. Kami berusaha mengabadikan peristiwa langka dalam hidup kami ini(sebenarnya mungkin hidupku), mengikuti gerak-gerik penyu yang sesekali berhenti menarik napas, dan bergerak lagi berusaha mencapai air.

Selain menyelam bersama penyu, snorkling bersama ubur-ubur tak menyengat, dan perjalanan bersama lumba-lumba, masih ada satu lagi daya tarik khas kepulauan Derawan yang yang dapat kita temukan di pulau Sangalaki. Menyelam bersama makhluk laut yang cantik nan eksotis, pari manta. Ikan yang satu ini tergolong langka dan dilindungi, pari manta di titik penyelaman Sangalaki tidak sebanyak yang dapat ditemukan di Pulau Komodo.
Ternyata aku memang beruntung, kegiatan jambore kali ini adalah paket lengkap. Meskipun pada penyelaman pagi itu kami semua belum berhasil bertemu dengan pari manta, tapi setidaknya banyak informasi mengenai manta yang kami dapatkan dari teman kita yang merupakan anggota program konservasi manta di Indonesia, Manta Watch.

Selesai dengan penyelaman terakhir kami berfoto-foto, membuat video perjalanan, bercerita-cerita apapun itu, dan yang paling menyebalkan bersiap untuk pulang. Akhir dari perjalanan paling menyenangkan untukku. Kami kembali menuju Derawan dan bersiap kembali menuju Samarinda, bersiaplah untuk berpisah guysss L
Perjalanan cukup panjang namun tidak selama yang pertama, bebarapa teman mulai pulang lebih dulu, dan bebarapa tersisa. Teman-teman yang aku dapatkan disana luaaar biasa baik dan ramah, mereka terbaikklah pokoknya untuk ukuran orang yang baru berkenalan selama satu minggu saja, luarr binasahh! ohiyaa selain penyelaman siang hari, malam hari kami juga adakegiatan seperti sharing-sharing dan materi dari Dive Clean Action, dan Manta Watch. Love you guysss, semoga Allah berbaik hati mempertemukan kita semua dilain kesempatan yang lebih baik J J J J
Salam gelembung !!