Ada diantara kalian yang pernah
bercita-cita jadi astronot setelah dapat pelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam)
bab tata surya (atau apa yaa, aku tidak terlalu ingat) saat dibangku SD? Karna
Aku begitu. Sejak pertama kali belajar tentang tata surya dan seisinya dibangku
SD, aku langsung jatuh cinta. Rasanya aku ingin jadi astronot atau mungkin aku
bisa kerja di Boscha atau di Nasa. Waktu kecil dulu sedang heboh filmnya
Sherina, judulnya “Petualangan Sherina” dan itu ada adegan di Observatorium
Boscha, Lembang.
Aku tinggal di Semarang, dan di
hp-ku aku memasang lokasi di Lembang untuk ramalan waktu dan cuaca, segitu
pengennya kesana yah walaupun tidak menggebu-gebu sih tapi tetap dihati
pastinya. Dannn, Alhamdulillah banget nih bulan mei kemarin bisa maen ke
Bandung karena alasan tertentu, lengkap satu keluarga pula. Jadi sebelum
berangkat aku udah search tempat apa
aja yang wajib dikunjungi, tentunya Boscha sudah ada dalam list. Kami pergi ke beberapa tempat diantaranya Tangkuban Perahu,
pondok Daarut Tauhid yang ada sekolah Eco
Pesantrennya, Pasar Apung atau Floating Market di daerah Lembang top
cerr nih mantep banget konsepnya, Observatorium Boscha, Saung Angklung Udjo,
sempet ke Museum Geologi tapi sayangnya kesorean jadi udah tutup huhuu, foto
depan Gedung Sate, solat di Masjid Raya Bandung, sok-sokkan shoping di Ciwalk, terus nyobaain tahu
susu sama Youghurt Cisangkuy, dan pastinya beli ole-oleee (read: oleh-oleh).
Dua tempat yang bakal aku jabarin
panjang lebar adalah Observatorium Boscha, dannn Saung Angklung Udjo.
Menginjakkan kaki di Boscha, bisa dengerin segala penjelasan tentang tempat dan
teleskop gede itu tentunya pengalaman terbaik dan mimpi yang menjadi nyata
banget buat aku secara pribadi. Terimakasih ya Allah, i really Alhamdulillah. Sebenarnya kita berencana ikut tur malam
tapi ternyata tur bulan itu sudah habis, dan kita hanya bisa menikmati tur
siang untuk hari itu. Banyak sekali pengunjung, mengingat memang musim libur.
Tur siang akan diadakan di dalam rumahnya Teleskop Zeiss, dan dilanjutkan nonton
film sekaligus penjelasan mengenai langit malam diruangan lainnya.
Daftar sebentar terus kita lanjut langsung menuju rumah dari Teleskop Zeiss alias teleskop terbesar di Observatorium ini. Aku lupa apa nama bangunannya, tapi ada namanya ahhaha. Mengutip dari yang udah pernah aku share di instagram nih, jadi teleskop Zeiss ini salah satu teleskop terbesar di dunia, dan terbesar di Indonesia, usianya sekitar 90 tahun. Punya dua lensa, 1 untuk mencari objek, dan 1 lagi untuk pengamatan objeknya, objek yang diamati yaitu bintang-bintang, bulan dan planet di tata surya. Bobotnya 11 ton, diameter lensa utamanya 60 cm, terus kubahnya bisa di buka tutup, lantai tengahnya bisa naik turun 3 meter (tapi ada beban maksimum loh yaa), dan sistem itu ngga pernah berubah atau diperbaharui sejak perakitan pertamanya. Well sebenarnya beberapa info bisa kamu dapatkan di google sih ahha, tapi yahh biar ilmuku bermanfaat aku bagi sedikit yahh. Ada beberapa teleskop lain di Observatorium ini, tapi ukurannya jauh lebih kecil dan digunakan untuk pengamatan yang berbeda-beda.
Segitu dulu tentang Boscha, kita
lanjut ke Saung Aklung Udjo. Belum pernah dengar nama tempat ini sebelumnya,
tapi di internet sih bilangnya sudah terkenal bahkan di kancah Internasional.
Waktu itu hujan, jadi kita hujan-hujan manja gitu. Setiap sore secara rutin
akan ada pertunjukan, setiap orang dikenai biaya 75 rb, kita akan dapat kalung
dengan bandul aklung kecil, kemudian bisa pilih eskrim potong (es lilin) atau
air putih. Tempat pertunjukannya berbentuk aula terbuka dengan kursi penonton
yang betingkat. Pertunjukan dibuka dengan pertunjukan wayang, kemudian ada
pertunjukan musik menggunakan alat-alat musik tradisional seperti angklung dan
gamelan, tak lama masuk penari merak. Warna warni dan geraknya yang atraktif
dan unik otomatis menarik perhatian dan sorak sorai kagum penonton. Oh iyaa ternyata
benar Saung Angklung Udjo sudah dikenal dunia Internasional, ada bule-bule
Belanda, Prancis, China, juga Korea. Belum puas dengan tari merak, tiba-tiba
penari-penari kecil bermunculan berarak-arak ditengah aula, mereka masih
anak-anak tapi sudah jago tampil dan menari, ada juga barisan anak-anak yang
asyik memainkan angklung, suasana menjadi benar-benar semarak saat itu
pemirsaah. Tidak puas membuat para hadirin terkagum-kagum bahagia, anak dari owner atau pendiri Saung ini keluar
menyambut hadirin sore itu. Kali ini penonton dibuat semakin excited dengan mengikut sertakan
penonton dalam bermain angklung, masing-masing penari cilik tadi bemberikan
angklung untuk tiap penonton yang hadir. Bagaimana cara memainkan angklungnya?
Kamu harus datang dan cari tau sendiri, dijamin ga bakal nyesel J
Tidak sampai disitu, pertunjukan
di Saung ini tak ada habisnya, terakhir kami diajak menari-nari ditengah aula
bersama adik-adik keciil yang menggemaskan, ada yang masih SD dan SMP (mungkin
lebih) masing-masing mereka menarik penonton untuk menari berpasangan, seru
bangetlah yaa pokoknya. Waktu itu aku kedapetan menari sama adek cewek masih
SD, tapi udah cantik banget gitu, kalem dan pembawaannya waktu aku ajak ngobrol
kalem pula, kan aku jadi malu. Hukss. Adeknya udah ikut nari di sanggar tarinya
sejak TK atau kelas 1 SD (kalo ga salah), latihan setiap hari, dan perform di Saung Angklung Udjo setiap
sore juga, produktif banget nih adek hidupnya. Lanjut nih, acara nari-narinya
seruu banget aku sampe terharu. But this
is the end, the perform is over.
Selesai dari sana kami pulang,
kemudian berakhir sudah liburan aku yang manis dan berkesan di Bandung lautan
api, tapi sebenarnya di Bandung itu dingin tidak panas seperti api. Apasehh lupakan
saja, semoga suka dengan ceritaku J