|
Pemandangan TN Baluran : bersiaplah menyaksikan perjalananku. |
Pergi traveling sama temen pasti
hal menyenangkan, tahun ini (2017) aku bisa nyicip traveling lagi nih tapi
bukan rame-rame seperti sebelumnya. Kali ini aku hanya pergi berdua dengan my
friend, she is Leti, iyak berdua aja kita cewek-cewek. Tujuan kita kali ini
menuju ke timur lagi, setelah sebelumnya pernah ke daerah Malang di Jawa Timur,
sekarang kita menuju Banyuwangi. Tujuan utama kita berdua adalah Baluran dan
Kawah Ijen, sebenarnya baluran itu adalah cita-cita kita dari dulu, setelah
sebelumnya pernah main ke “Baluran KW” di belakang kampus, hehe.
Banyuwangi terkenal banget punya
banyak tempat wisata kecee, tapi sayangnya sebagian besar ada di bagian
selatan, sedangkan tempat yang kita tuju ada di bagian utara, soo kita sempat
mampir ke beberapa tempat di banyuwangi sebelum berangkat mendaki di Kawah
Ijen. Yang pertama itu Pantai Cemara, Djawatan Benculuk, dan Kawah Ijen.
Pantai Cemara waktu tempuhnya
cukup 30 menit pakai motor dari karangasem, kita dapet pinjeman motor dari sodaraku
gaiss jadi bisa hemat biaya. Pantai ini pasirnya bukan putih, ombaknya cukup
kuat, banyak batu-batu kecil disepanjang pantai, sudah banyak pedagang juga, tapi
kondisinya bersih, ada wilayah konservasi cemara laut dan tempat peneluran
penyu, perfect banget nih tempat buat liat sunrise.
|
Djawatan Benculuk |
Sambil menunggu siang hari kita
kelayapan ke hutan-hutan yang rindang banget di tengah pemukiman penduduk, namanya Djawatan Benculuk, barada di daerah Benculuk yang dikelola oleh perhutani.
Sebenarnya ini adalah kawasan hutan trembesi yang tidak begitu luas, punya
kondisi yang rindang dan masih asri banget, jadi enak deh buat istrahat santai
disana. Kata mas-mas yang jaga parkir, ini dulunya tempat penimbunan kayu
perhutani, tapi sekarang sudah sedikit kayu dan alhasil dialihkan jadi tempat
wisata. Saat kami datang sih sudah banyak spot foto ala-ala kekinian yang
dipasang di bagian depan hutan, tapi kalau mau jalan sedikit kebelakang masih
banyak pohon-pohon yang bebas dari keramaian kok, sukak deh pokonya J
Selanjutnya kita menuju ke Kawah
Ijen via Licin, aksesnya mudah dan jalannya sudah bagus hanya tanjakannya
lumayan deh. Sampai di pos Kawasan Wisata Kawah Ijen kami sempat bingung dan
sedikit mati gaya. Kami sampai disana jam 4 sore, kondisinya super sepi, dan
dingin. Sempat bingung dan cuman duduk-duduk ngobrol tidak jelas sambil minum
milo hangat diwarung sekitar. Akhirnya kita dapat info persewaan tenda, lengkap
dengan matras tebal dan sleeping bag dengan harga Rp 100 rb. Alhamdulillah
banget orang-orang disana ramah sama kita, dan kita dapet banyak bantuan juga
selama pendakian menuju puncak.
Pembelian tiket masuk kawah ijen
buka sejak jam 1 malam, pendakian tengah malam ini tujuannya supaya bisa melihat
blue fire yang hanya bisa terlihat saat malam hari, di dasar kawah. Blue fire
di Kawah Ijen sangat terkenal, karena hanya ada di Indonesia dan Islandia.
Pendakian dengan kondisi gelap, jalanan menanjak, hawa dingin, dan angin
kencang setia menemani perjalanan menuju puncak kawah, tapi selain itu yang
paling aku sukai adalah langit malam yang penuh dengan bintang. Pastikan
traveling seperti ini dilakukan saat fase bulan sedang diawal atau diakhir,
karena langit akan bebas dari cahaya bulan. i really enjoy, love, happy and
grateful can see the sky full of stars like that.
|
Menyaksikan blue fire dari jarak kurang lebih 200 meter. |
Jadi setelah kita lelah menanjak
menuju bibir kawah, kita masih harus melewati jalan menurun yang berbatu dan
cukup curam menuju dasar kawah. Tapi harus hati-hati yaa, track-nya terjal dan
berpasir jadi kadang mudah tergelincir. Nahh di dasar kawah ini gaiss kita bisa
menikmati blue fire, udara dingin, langit penuh bintang dan ditambah wangi
belerang. Seolah belum cukup dengan blue fire, kita dan banyak wisatawan
lainnya bergegas menuju puncak kawah lagi. Kali ini kita mengincar sunrise di
atas bukit. Menikmati pemandangan kawah yang lama kelamaan mulai terang, dan
pemandangan itu luar biasa. Harus kamu buktikan sendiri, karena dari foto dan
cerita saja belum cukup indah.
|
Foto bersama di depan kawah sesaat setelah sunrise. |
Kawah Ijen ini merupakan danau
asam terbesar di dunia, dengan luas mencapai 5000 hektar dan kedalaman 200
meter (sumber: wikipedia). Selain pemandangan alam kita juga bisa menemukan
dengan ojek khas kawah ijen dan penambang belerang yang sering kita tahu kuat
membawa 70-90 kg belerang menggunakan alat angkut tradisoinal, yang nantinya
untuk dijual. Aku sempat beli oleh-oleh belerang yang berbentuk bongkahan kecil
seukuran genggaman tangan, ada juga belerang yang dibentuk seperti bunga,
kura-kura dan lainnya. Saat lapar sekilas bau dan warnanya membuatnya terlihat
seperti sepotong pisang goreng, btw pisang goreng disana manis, enak parah.
Hari berganti, kita berdua lanjut
menuju Baluran yang berjarak 1 sampai 1,5 jam naik mobil. Baluran, sudah pada
tau Baluran kan? Taman Nasional di ujung timur pulau jawa, punya padang savana
seperti kita lihat di Afrika, gunung purba, hutan dan pantai bersih dengan air
jernih sejernih senyumku J
|
Foto sama tengkorak kepala rusa. |
Yang menyenangkan tuh kita bisa
lihat segerombol kerbau, banteng, ada rusa-rusa lagi asik nongkiy di bawah
pohon, kerbau lagi asik ngadem di kubangan lumpur, gerombolan monyet
lalu-lalang dan hutan khas savana sejauh mata memandang dengan latar belakang
gunung purba di dalam kawasan TN. Track yang harus dilewati untuk sampai ke
savana cukup jauh, panas dan jalanannya masih dalam kondisi berbatu. Padang
Savana Bekol ini tempat yang paling hits di TN Baluran, dekat dari savana ada
kandang banteng, dan ada banteng liar juga yang tinggal disekitar kaki gunung.
Ada menara pengamatan juga, kita sempat naik. Sesuai namanya, kita bisa lihat
TN Baluran secara luas, tapi anginnya kencang sekali jadi kita tidak
berlama-lama.
Masih di Baluran kita bisa
istirahat di pinggir pantai pasir putih, air jernih, pohon rindang, dan
ditemani monyet-monyet alias penduduk asli Pantai Bama. Sempat dapat serangan
monyet nih kita karena bawa makanan, botol minum Leti juga dibawa keatas pohon,
diminum sampai habis isi. Dibagian timur pantai juga ada hutan mangrove,
akarnya super gede-gede dan sehat-sehat banget, tapi harus hati-hati yaa karena
ini sarangnya monyet ahhaha.
Kami lanjutkan istirahat dan
liburan di kota kelahiranku, Bondowoso. Mampir ditempat aku lahir, berkunjung
ke rumah saudara-saudara ayah, main ke alun-alun dan memaknai Monumen Gerbong
maut. Sebelum pastinya kita cari oleh-oleh untuk dibawa pulang, iyyapss tape
khas Bondowoso.
Enjoyy my blog J