Jumat, 29 Desember 2017

Cantiknya Daloha Point

         Sejauh ini semenjak menjadi penyelam, luckly Saya sudah pernah menyelam di Karimunjawa dan Derawan. Tujuan wisata yang terkenal dengan surga bawah lautnya yang memepesona. Kemudian aku berpindah menuju Morotai yang ternyata menyimpan surga bawah laut yang luar biasa indahnya.

        Daloha point. Daloha dalam bahasa maluku artinya cantik atau indah, so this point mean it’s beauty underwater coral and all living things or dead things in that spot. Awalnya Saya tidak terlalu membayangkan dan memperkirakan di bawah akan seindah apa. Ini adalah penyelaman kedua saya selama tinggal di Morotai, belum banyak melakukan penyelaman membuat perhatian Saya lebih banyak teralihkan pada perlengkapan selam Saya. Ada satu kejadian yang bikin Saya sedikit panik saat sudah mulai menyelam, saya sudah pakai pemberat di pinggang saya sebanyak 3 keping, dan saat saya mulai kempiskan BCD, entah kenapa badan saya langsung meluncur ke dasar perairan. Kaget dan terheran-heran kenapa rasanya berat sekali padahal saat penyelaman sebelumnya dengan jumlah pemberat yang sama semuanya oke saja.

        Sudah coba tambahkan udara kedalam BDC, sekitar 2 atau 3 kali tapi masih belum berhasil membuat badan Saya melayang cantik di kolom perairan, kaki harus terus mengayuh agar tidak tenggelam, seperti hiu haha. Tambah terus udara dalam BCD, Saya reflek cek kantung BCD dan heyy ternyata disana tersimpan 2 keping pemberat lain. Huftt ternyata ini penyebabnya.. BDC yang saya pakai ini sebelumnya dipakai oleh orang lain, mungkin dia tinggalkan pemberat disana, oke fine! Tak apalah dalam situasi seperti itu kita harus tetap tenang, salah satunya dengan berjikir, atur napas kita agar lebih tenang, dan fikirkan jalan keluarnya, Saya jamin itu sangat membantu, insyaAllah.

         Ohh btw kita kembali lagilah pada cerita keindahan bawah laut Pulau Morotai, Daloha Point. Menyelam pada kedalaman kurang lebih 25 meter dibawah permukaan laut, cuaca cukup cerah, cahaya matahari siang sedikit-sedikit menyelinap kedalam air laut yang berwarna biru muda jenih dan bening. Jarak pandang penyelaman berkisar 5-7 meter. Hamparan terumbu karang yang super cantik disuguhkan disebelah kiri Saya, lengkap dengan gerombolan ikan-ikan karang dari yang kecil sampai yang cukup besar, mereka menari-nari dalam kolom air dengan jarak yang cukup dekat dengan Saya. Sayangnya saat itu Saya tidak pakai masker selam dengan kacamata minus (sadd) but it’s OK, indahnya bawah laut ini bahkan tetap terlihat jelas dengan mata minus.



       Leader mulai berenang naik perlahan, pada kedalaman 6 meter kami menyelam dan melayang-layang tepat di atas hamparan karang yang super indah dan mempesona, seperti karpet yang hidup. Dari celah-celah karang, ikan kecil berwarna-warni bermain dan mengintip malu-malu kepada para penyelam, Saya menemukan banyak karang yang belum pernah Saya lihat sebelumnya. Bahkan sangking (karena sangat) senangnya, Saya peluk-peluk buddy Sayaa saat menyelam haha. Jutaan kehidupan di dalam ekosistem ini, warna-warni dan beragam bentuknya. Aahhh super indahlah, tidak salah diberi nama Daloha Point.

Kamis, 28 Desember 2017

Catatan Pertama di Morotai

I’m suuperr happy, excited, dan sedikit takut di dalam waktu yang bersamaan. Mendaftar magang as Dive Operator di Shark Diving Indonesia, and luckly Saya diterima!


Shark Diving Indonesia ini adalah dive center yang berlokasi di Morotai, Maluku Utara. Awalnya hanya kepikiran pingin banget bisa ngerasain hidup di pulau-pulau kecil dan terluar Indonesia, entah sih kapan tepatnya keinginan itu datang. Tapi heyyy, yaAllah keinginan ini menjadi nyataa, tidak bisa dipercaya.

Buat beberapa anak yang hidup di kota besar seperti Semarang, dengan latar belakang haus jalan-jalan dan basically bisa menyelam seperti Saya pasti suka banget nih, this journey to the east Indonesia. Morotai, dulu asal daftar magang aja dan ga kepikiran juga Morotai ada di sebelah mana dari belahan dunia ini, pulau seperti apa, masyarakatnya seperti apa. Tapi dengar nama pulaunya saja sudah terbayang-bayang cantik banget nih tempatnya.. dan kenyataannya, yaa! Absolutlyyy beautiful landscape and wonderfully, beautiful and amazing underwater view. MasyaAllah.

Berbicara tentang keindahan alam pulau Morotai, Morotai adalah pulau yang cukup besar dan ada beberapa pulau-pulau kecil di bagian selatan barat Morotai. Disini banyak banget spot diving terpampang nyata, Kita tinggal pilih saja gengs. Bahkan tanpa perlu pergi ke pulau-pulau kecil kita juga udah bisa diving di sekitaran Morotai, shore entri pastinya :)

Next jurnal Saya mungkin akan menuliskan beberapa pengalaman menyelam di surga bawah laut Morotai. Btw Saya sendiri akan stay di Morotai selama enam bulan kedepan, terhitung dari bulan Desember 2017. Wish me luck gengs, and please come to Morotai.

Selasa, 17 Oktober 2017

contoh uji coba

Follow my blog with Bloglovin
jadi saya sedang mencoba menggunakan bloglovin yang dapat terhubung langsung dengan blogger ini. tapi saya masih bingung sih, dicoba saja yuk

Senin, 11 September 2017

Banyuwangi is GOOD

Pemandangan TN Baluran : bersiaplah menyaksikan perjalananku.
Pergi traveling sama temen pasti hal menyenangkan, tahun ini (2017) aku bisa nyicip traveling lagi nih tapi bukan rame-rame seperti sebelumnya. Kali ini aku hanya pergi berdua dengan my friend, she is Leti, iyak berdua aja kita cewek-cewek. Tujuan kita kali ini menuju ke timur lagi, setelah sebelumnya pernah ke daerah Malang di Jawa Timur, sekarang kita menuju Banyuwangi. Tujuan utama kita berdua adalah Baluran dan Kawah Ijen, sebenarnya baluran itu adalah cita-cita kita dari dulu, setelah sebelumnya pernah main ke “Baluran KW” di belakang kampus, hehe.

Banyuwangi terkenal banget punya banyak tempat wisata kecee, tapi sayangnya sebagian besar ada di bagian selatan, sedangkan tempat yang kita tuju ada di bagian utara, soo kita sempat mampir ke beberapa tempat di banyuwangi sebelum berangkat mendaki di Kawah Ijen. Yang pertama itu Pantai Cemara, Djawatan Benculuk, dan Kawah Ijen.

Pantai Cemara waktu tempuhnya cukup 30 menit pakai motor dari karangasem, kita dapet pinjeman motor dari sodaraku gaiss jadi bisa hemat biaya. Pantai ini pasirnya bukan putih, ombaknya cukup kuat, banyak batu-batu kecil disepanjang pantai, sudah banyak pedagang juga, tapi kondisinya bersih, ada wilayah konservasi cemara laut dan tempat peneluran penyu, perfect banget nih tempat buat liat sunrise.
Djawatan Benculuk
Sambil menunggu siang hari kita kelayapan ke hutan-hutan yang rindang banget di tengah pemukiman penduduk, namanya Djawatan Benculuk, barada di daerah Benculuk yang dikelola oleh perhutani. Sebenarnya ini adalah kawasan hutan trembesi yang tidak begitu luas, punya kondisi yang rindang dan masih asri banget, jadi enak deh buat istrahat santai disana. Kata mas-mas yang jaga parkir, ini dulunya tempat penimbunan kayu perhutani, tapi sekarang sudah sedikit kayu dan alhasil dialihkan jadi tempat wisata. Saat kami datang sih sudah banyak spot foto ala-ala kekinian yang dipasang di bagian depan hutan, tapi kalau mau jalan sedikit kebelakang masih banyak pohon-pohon yang bebas dari keramaian kok, sukak deh pokonya J

Selanjutnya kita menuju ke Kawah Ijen via Licin, aksesnya mudah dan jalannya sudah bagus hanya tanjakannya lumayan deh. Sampai di pos Kawasan Wisata Kawah Ijen kami sempat bingung dan sedikit mati gaya. Kami sampai disana jam 4 sore, kondisinya super sepi, dan dingin. Sempat bingung dan cuman duduk-duduk ngobrol tidak jelas sambil minum milo hangat diwarung sekitar. Akhirnya kita dapat info persewaan tenda, lengkap dengan matras tebal dan sleeping bag dengan harga Rp 100 rb. Alhamdulillah banget orang-orang disana ramah sama kita, dan kita dapet banyak bantuan juga selama pendakian menuju puncak.

Pembelian tiket masuk kawah ijen buka sejak jam 1 malam, pendakian tengah malam ini tujuannya supaya bisa melihat blue fire yang hanya bisa terlihat saat malam hari, di dasar kawah. Blue fire di Kawah Ijen sangat terkenal, karena hanya ada di Indonesia dan Islandia. Pendakian dengan kondisi gelap, jalanan menanjak, hawa dingin, dan angin kencang setia menemani perjalanan menuju puncak kawah, tapi selain itu yang paling aku sukai adalah langit malam yang penuh dengan bintang. Pastikan traveling seperti ini dilakukan saat fase bulan sedang diawal atau diakhir, karena langit akan bebas dari cahaya bulan. i really enjoy, love, happy and grateful can see the sky full of stars like that.

Menyaksikan blue fire dari jarak kurang lebih 200 meter.
Jadi setelah kita lelah menanjak menuju bibir kawah, kita masih harus melewati jalan menurun yang berbatu dan cukup curam menuju dasar kawah. Tapi harus hati-hati yaa, track-nya terjal dan berpasir jadi kadang mudah tergelincir. Nahh di dasar kawah ini gaiss kita bisa menikmati blue fire, udara dingin, langit penuh bintang dan ditambah wangi belerang. Seolah belum cukup dengan blue fire, kita dan banyak wisatawan lainnya bergegas menuju puncak kawah lagi. Kali ini kita mengincar sunrise di atas bukit. Menikmati pemandangan kawah yang lama kelamaan mulai terang, dan pemandangan itu luar biasa. Harus kamu buktikan sendiri, karena dari foto dan cerita saja belum cukup indah.

Foto bersama di depan kawah sesaat setelah sunrise.
Kawah Ijen ini merupakan danau asam terbesar di dunia, dengan luas mencapai 5000 hektar dan kedalaman 200 meter (sumber: wikipedia). Selain pemandangan alam kita juga bisa menemukan dengan ojek khas kawah ijen dan penambang belerang yang sering kita tahu kuat membawa 70-90 kg belerang menggunakan alat angkut tradisoinal, yang nantinya untuk dijual. Aku sempat beli oleh-oleh belerang yang berbentuk bongkahan kecil seukuran genggaman tangan, ada juga belerang yang dibentuk seperti bunga, kura-kura dan lainnya. Saat lapar sekilas bau dan warnanya membuatnya terlihat seperti sepotong pisang goreng, btw pisang goreng disana manis, enak parah.

Hari berganti, kita berdua lanjut menuju Baluran yang berjarak 1 sampai 1,5 jam naik mobil. Baluran, sudah pada tau Baluran kan? Taman Nasional di ujung timur pulau jawa, punya padang savana seperti kita lihat di Afrika, gunung purba, hutan dan pantai bersih dengan air jernih sejernih senyumku J
Foto sama tengkorak kepala rusa.

Yang menyenangkan tuh kita bisa lihat segerombol kerbau, banteng, ada rusa-rusa lagi asik nongkiy di bawah pohon, kerbau lagi asik ngadem di kubangan lumpur, gerombolan monyet lalu-lalang dan hutan khas savana sejauh mata memandang dengan latar belakang gunung purba di dalam kawasan TN. Track yang harus dilewati untuk sampai ke savana cukup jauh, panas dan jalanannya masih dalam kondisi berbatu. Padang Savana Bekol ini tempat yang paling hits di TN Baluran, dekat dari savana ada kandang banteng, dan ada banteng liar juga yang tinggal disekitar kaki gunung. Ada menara pengamatan juga, kita sempat naik. Sesuai namanya, kita bisa lihat TN Baluran secara luas, tapi anginnya kencang sekali jadi kita tidak berlama-lama.

Masih di Baluran kita bisa istirahat di pinggir pantai pasir putih, air jernih, pohon rindang, dan ditemani monyet-monyet alias penduduk asli Pantai Bama. Sempat dapat serangan monyet nih kita karena bawa makanan, botol minum Leti juga dibawa keatas pohon, diminum sampai habis isi. Dibagian timur pantai juga ada hutan mangrove, akarnya super gede-gede dan sehat-sehat banget, tapi harus hati-hati yaa karena ini sarangnya monyet ahhaha.

Kami lanjutkan istirahat dan liburan di kota kelahiranku, Bondowoso. Mampir ditempat aku lahir, berkunjung ke rumah saudara-saudara ayah, main ke alun-alun dan memaknai Monumen Gerbong maut. Sebelum pastinya kita cari oleh-oleh untuk dibawa pulang, iyyapss tape khas Bondowoso.
Enjoyy my blog J

Senin, 10 Juli 2017

Mandi Air Es, di Bandung Lautan Api


Ada diantara kalian yang pernah bercita-cita jadi astronot setelah dapat pelajaran IPA (ilmu pengetahuan alam) bab tata surya (atau apa yaa, aku tidak terlalu ingat) saat dibangku SD? Karna Aku begitu. Sejak pertama kali belajar tentang tata surya dan seisinya dibangku SD, aku langsung jatuh cinta. Rasanya aku ingin jadi astronot atau mungkin aku bisa kerja di Boscha atau di Nasa. Waktu kecil dulu sedang heboh filmnya Sherina, judulnya “Petualangan Sherina” dan itu ada adegan di Observatorium Boscha, Lembang.

Aku tinggal di Semarang, dan di hp-ku aku memasang lokasi di Lembang untuk ramalan waktu dan cuaca, segitu pengennya kesana yah walaupun tidak menggebu-gebu sih tapi tetap dihati pastinya. Dannn, Alhamdulillah banget nih bulan mei kemarin bisa maen ke Bandung karena alasan tertentu, lengkap satu keluarga pula. Jadi sebelum berangkat aku udah search tempat apa aja yang wajib dikunjungi, tentunya Boscha sudah ada dalam list. Kami pergi ke beberapa tempat diantaranya Tangkuban Perahu, pondok Daarut Tauhid yang ada sekolah Eco Pesantrennya, Pasar Apung  atau Floating Market di daerah Lembang top cerr nih mantep banget konsepnya, Observatorium Boscha, Saung Angklung Udjo, sempet ke Museum Geologi tapi sayangnya kesorean jadi udah tutup huhuu, foto depan Gedung Sate, solat di Masjid Raya Bandung, sok-sokkan shoping di Ciwalk, terus nyobaain tahu susu sama Youghurt Cisangkuy, dan pastinya beli ole-oleee (read: oleh-oleh).


Dua tempat yang bakal aku jabarin panjang lebar adalah Observatorium Boscha, dannn Saung Angklung Udjo. Menginjakkan kaki di Boscha, bisa dengerin segala penjelasan tentang tempat dan teleskop gede itu tentunya pengalaman terbaik dan mimpi yang menjadi nyata banget buat aku secara pribadi. Terimakasih ya Allah, i really Alhamdulillah. Sebenarnya kita berencana ikut tur malam tapi ternyata tur bulan itu sudah habis, dan kita hanya bisa menikmati tur siang untuk hari itu. Banyak sekali pengunjung, mengingat memang musim libur. Tur siang akan diadakan di dalam rumahnya Teleskop Zeiss, dan dilanjutkan nonton film sekaligus penjelasan mengenai langit malam diruangan lainnya.


Daftar sebentar terus kita lanjut langsung menuju rumah dari Teleskop Zeiss alias teleskop terbesar di Observatorium ini. Aku lupa apa nama bangunannya, tapi ada namanya ahhaha. Mengutip dari yang udah pernah aku share di instagram nih, jadi teleskop Zeiss ini salah satu teleskop terbesar di dunia, dan terbesar di Indonesia, usianya sekitar 90 tahun. Punya dua lensa, 1 untuk mencari objek, dan 1 lagi untuk pengamatan objeknya, objek yang diamati yaitu bintang-bintang, bulan dan planet di tata surya. Bobotnya 11 ton, diameter lensa utamanya 60 cm, terus kubahnya bisa di buka tutup, lantai tengahnya bisa naik turun 3 meter (tapi ada beban maksimum loh yaa), dan sistem itu ngga pernah berubah atau diperbaharui sejak perakitan pertamanya. Well sebenarnya beberapa info bisa kamu dapatkan di google sih ahha, tapi yahh biar ilmuku bermanfaat aku bagi sedikit yahh. Ada beberapa teleskop lain di Observatorium ini, tapi ukurannya jauh lebih kecil dan digunakan untuk pengamatan yang berbeda-beda.

Segitu dulu tentang Boscha, kita lanjut ke Saung Aklung Udjo. Belum pernah dengar nama tempat ini sebelumnya, tapi di internet sih bilangnya sudah terkenal bahkan di kancah Internasional. Waktu itu hujan, jadi kita hujan-hujan manja gitu. Setiap sore secara rutin akan ada pertunjukan, setiap orang dikenai biaya 75 rb, kita akan dapat kalung dengan bandul aklung kecil, kemudian bisa pilih eskrim potong (es lilin) atau air putih. Tempat pertunjukannya berbentuk aula terbuka dengan kursi penonton yang betingkat. Pertunjukan dibuka dengan pertunjukan wayang, kemudian ada pertunjukan musik menggunakan alat-alat musik tradisional seperti angklung dan gamelan, tak lama masuk penari merak. Warna warni dan geraknya yang atraktif dan unik otomatis menarik perhatian dan sorak sorai kagum penonton. Oh iyaa ternyata benar Saung Angklung Udjo sudah dikenal dunia Internasional, ada bule-bule Belanda, Prancis, China, juga Korea. Belum puas dengan tari merak, tiba-tiba penari-penari kecil bermunculan berarak-arak ditengah aula, mereka masih anak-anak tapi sudah jago tampil dan menari, ada juga barisan anak-anak yang asyik memainkan angklung, suasana menjadi benar-benar semarak saat itu pemirsaah. Tidak puas membuat para hadirin terkagum-kagum bahagia, anak dari owner atau pendiri Saung ini keluar menyambut hadirin sore itu. Kali ini penonton dibuat semakin excited dengan mengikut sertakan penonton dalam bermain angklung, masing-masing penari cilik tadi bemberikan angklung untuk tiap penonton yang hadir. Bagaimana cara memainkan angklungnya? Kamu harus datang dan cari tau sendiri, dijamin ga bakal nyesel J

Tidak sampai disitu, pertunjukan di Saung ini tak ada habisnya, terakhir kami diajak menari-nari ditengah aula bersama adik-adik keciil yang menggemaskan, ada yang masih SD dan SMP (mungkin lebih) masing-masing mereka menarik penonton untuk menari berpasangan, seru bangetlah yaa pokoknya. Waktu itu aku kedapetan menari sama adek cewek masih SD, tapi udah cantik banget gitu, kalem dan pembawaannya waktu aku ajak ngobrol kalem pula, kan aku jadi malu. Hukss. Adeknya udah ikut nari di sanggar tarinya sejak TK atau kelas 1 SD (kalo ga salah), latihan setiap hari, dan perform di Saung Angklung Udjo setiap sore juga, produktif banget nih adek hidupnya. Lanjut nih, acara nari-narinya seruu banget aku sampe terharu. But this is the end, the perform is over.

Selesai dari sana kami pulang, kemudian berakhir sudah liburan aku yang manis dan berkesan di Bandung lautan api, tapi sebenarnya di Bandung itu dingin tidak panas seperti api. Apasehh lupakan saja, semoga suka dengan ceritaku J