Minggu, 11 Maret 2018

What I Feel When Do Night Diving

Ada satu hal menarik yang akan jadi kegiatan rutin Saya selama tiga bulan terakhir di Morotai, Night Diving. Dulu saya paling takut dengan yang namanya night diving. Diving di malam hari, gelap gulita, dingin, dan ada rasa ketakutan akan bersenggolan dengan karang atau hewan-hewan karang lain yang mungkin saja membahayakan (atau mungkin Saya yang berbahaya bagi mereka?). Tidak memiliki masker selam dengan lensa minus mungkin menjadi alasan utama Saya takut untuk diving di malam hari. But, heyy... Semua Berubah ! hahha

Sepertinya semua berubah semenjak di Morotai Saya dapat masker selam dengan lensa minus, and luckly lensanya sesuai dengan minus mata Saya. Itulah mungkin suka duka orang dengan mata minus huhuhu.. hehe curhat sedikit. Jadi ketakutan menyelam dekat dengan karang muncul karena adanya keterbatasan jarak pandang, soo ketika saya sudah bisa melihat dengan baik saat menyelam, Saya akhirnya penasaran dan ketagihan untuk diving di malam hari. Sebenarnya bukan ketagihan sih, tapi ada tugas dari owner dive center untuk melakukan night dive. Pliss help me with your doa, supaya selama Saya berkegiatan di Morotai bisa lancar sentosa.


Pertama kalinya Saya diving malam itu pada bulan Januari 2018 bersama teman baru Saya, namanya Ratih. Sebenarnya Ratih ini teman SMA dari teman Saya di kampus, kita baru kenal sejak di Morotai dan yaauda ayok kita diving! Bertempat di Wawama, bersebelahan dengan Paix Coffee (bukan promosi) Saya, Ratih, Datuk, Ko Biman, Rama, dan Buyung dalam satu grup malam itu. Kita sudah bersiap-siap diving sejak jam 6 sore. Setelah magrib kita langsung meluncur masuk kedalam air, shore entry sekitar 50 meter, masing-masing penyelam sudah membawa dan menyalahkan senternya, kemudian mulai menenggelamkan diri masuk dalam lautan yang gelap.

Menyelam pada kedalaman maksimal 10 meter, dingin, gelap, tidak ada suara selain suara tarikan nafas dan gelembung-gelembung yang muncul dari sisa nafas penyelam. Sinar-sinar kecil dari senter penyelam yang muncul dalam gelap, berjarak sekitar 1-2 meter dari Saya. Suasana hening dalam gelap, suara gelembung yang samar-samar terdengar menemani selama penyelaman, sinar senter yang terlihat sibuk mengarah ke permukaan karang, mencari si cantik and iconic Walking Shark. Mungkin itu beberapa moment yang paling teringat pada penyelaman malam pertama Saya.

Selain itu Saya juga baru memahami cara mengaplikasikan hand signal saat menyelam malam, melihat ikan-ikan tidur, ada telur cumi-cumi yang mengambang di perairan, plankton yang menyala dan berenang bebas, ada juga dua penyu yang sempat menyapa kita. Namun sayang beribu sayang, malam itu kami belum berhasil bertemu dengan walking shark itu. Memang dasarnya saya orang yang nerimaan (alias mirip-mirip dengan kata pasrah) yaudalah it’s oke belum waktunya bertemu  dengan walking shark ini. And hoppefully i will meet the walking shark on my next night diving,  see you.

Thankyou for read my blog... Kalo kata orang-orang, salam gelembung !